Selasa, 19 Februari 2013

MENGENAL MACAM KARYA SASTRA



Macam (genre) karya sastra yaitu prosa cerita, puisi, dan drama/film. 

A. Karya Sastra Bentuk Prosa
            Karangan prosa ialah karangan yang bersifat menerangjelaskan secara terurai mengenai suatu masalah atau hal atau peristiwa dan lain-lain. Pada dasarnya karya bentuk prosa ada dua macam, yakni karya sastra yang bersifat imajinatif dan karya sastra yang bersifat nonimajinatif.
Macam Karya Sastra Bentuk Prosa
            Dalam khasanah sastra Indonesia dikenal dua macam kelompok karya sastra menurut temanya, yakni karya sastra lama dan karya sastra baru. Hal itu juga berlaku bagi karya sastra bentuk prosa. Jadi, ada karya sastra prosa lama dan karya sastra prosa baru.  Perbedaan prosa lama dan prosa baru menurut Dr. J. S. Badudu adalah:
Prosa lama:
1. Cenderung bersifat stastis, sesuai dengan keadaan masyarakat lama yang mengalami perubahan secara lambat.
2. Istanasentris ( ceritanya sekitar kerajaan, istana, keluarga raja, bersifat feodal).
3. Hampir seluruhnya berbentuk hikayat, tambo atau dongeng. Pembaca dibawa ke dalam khayal dan fantasi.
4. Dipengaruhi oleh kesusastraan Hindu dan Arab.
5. Ceritanya sering bersifat anonim (tanpa nama)
6. Milik bersama
Prosa Baru:
1. Prosa baru bersifat dinamis (senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat)
2. Masyarakatnya sentris ( cerita mengambil bahan dari kehidupan masyarakat sehari-hari)
3. Bentuknya roman, cerpen, novel, kisah, drama. Berjejak di dunia yang nyata, berdasarkan kebenaran dan kenyataan
4. Terutama dipengaruhi oleh kesusastraan Barat
5. Dipengaruhi siapa pengarangnya karena dinyatakan dengan jelas
6. Tertulis
Prosa lama 
            Prosa lama adalah karya sastra daerah yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Dalam hubungannya dengan kesusastraan Indonesia maka objek pembicaraan sastra lama ialah sastra prosa daerah Melayu yang mendapat pengaruh barat. Hal ini disebabkan oleh hubungannya yang sangat erat dengan sastra Indonesia.  Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan. Disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Dikenal bentuk tulisan setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Melayu mengenal tulisan. Sejak itulah sastra tulisan mulai dikenal dan sejak itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam rentetan sejarah sastra Indonesia mulai ada.
Bentuk-bentuk sastra prosa lama adalah:
a. Mite adalah dongeng yang banyak mengandung unsur-unsur ajaib dan ditokohi oleh dewa, roh halus, atau peri. Contoh Nyi Roro Kidul
b. Legenda adalah dongeng yang dihubungkan dengan terjadinya suatu tempat. Contoh: Sangkuriang, SI Malin Kundang
c. Fabel adalah dongeng yang pelaku utamanya adalah binatang. Contoh: Kancil
d. Hikayat adalah suatu bentuk prosa lama yang ceritanya berisi kehidupan raja-raja dan sekitarnya serta kehidupan para dewa. Contoh: Hikayat Hang Tuah.
e. Dongeng adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Contoh: Cerita Pak Belalang.
f. Cerita berbingkai adalah cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam

Prosa Baru
            Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat. Prosa baru timbul sejak pengaruh Pers masuk ke Indonesia yakni sekitar permulaan abad ke-20. Contoh: Nyai Dasima karangan G. Fransis, Siti mariah karangan H. Moekti.
Berdasarkan isi atau sifatnya prosa baru dapat digolongkan menjadi:
1. Roman adalah cerita yang mengisahkan pelaku utama dari kecil sampai mati, mengungkap adat/aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail/menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. Contoh: karangan Sutan Takdir Alisjahbana: Kalah dan Manang, Grota Azzura, Layar Terkembang, dan Dian yang Tak Kunjung Padam 
2. Riwayat adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa atau Prof. Dr. B.I Habibie atau  Ki hajar Dewantara.  
3. Otobiografi adalah karya yang berisi daftar riwayat diri sendiri.
4. Antologi adalah buku yang berisi kumpulan karya terplih beberapa orang. Contoh Laut Biru Langit Biru karya Ayip Rosyidi
5. Kisah adalah riwayat perjalanan seseorang yang berarti cerita rentetan kejadian kemudian mendapat perluasan makna sehingga dapat juga berarti cerita. Contoh: Melawat ke Jabar – Adinegoro, Catatan di Sumatera – M. Rajab.
6. Cerpen adalah suatu karangan prosa yang berisi sebuah peristiwa kehidupan manusia, pelaku, tokoh dalam cerita tersebut. Contoh: Tamasya dengan Perahu Bugis karangan Usman. Corat-coret di Bawah Tanah karangan Idrus.
7. Novel adalah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dan kehidupan orang-orang. Contoh: Roromendut karangan YB. Mangunwijaya.
8. Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk  suatu hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.
9. Resensi adalah pembicaraan/pertimbangan/ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.
10.Esei adalah ulasan/kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif  atau sangat pribadi.

B. Puisi
            Puisi adalah bentuk karangan yang terkikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Unsur-unsur intrinsik puisi adalah
a. tema adalah tentang apa puisi itu berbicara
b. amanat adalah apa yang dinasihatkan kepada pembaca
c. rima adalah persamaan-persamaan bunyi
d. ritma adalah perhentian-perhentian/tekanan-tekanan yang teratur
e. metrum/irama adalah turun naik lagu secara beraturan yang dibentuk oleh persamaan jumlah kata/suku tiap baris
f. majas/gaya bahasa adalah permainan bahasa untuk efek estetis maupun maksimalisasi ekspresi
g. kesan adalah perasaan yang diungkapkan lewat puisi (sedih, haru, mencekam, berapi-api, dll.)
h. diksi adalah pilihan kata/ungkapan
i. tipografi adalah perwajahan/bentuk puisi Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.

Puisi lama
Ciri puisi lama:
1.  merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya
2.  disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
3.  sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima
Yang termausk puisi lama adalah
1.  mantra adalah ucapan-ucapan yangd ianggap memiliki kekuatan gaib
2.  pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran,  2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka
3. karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek
4. seloka adalah pantun berkait
5. gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat
6. syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita
7. talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris
Puisi baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.Menurut isinya, puisi dibedakan atas
1. balada adalah puisi berisi kisah/cerita
2. himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan
3. ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang ebrjasa
4. epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup
5. romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih
6. elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan
7. satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik

C.   Drama/Film
            Drama atau film merupakan karya yang terdiri atas aspek sastra dan aspek pementasan. Aspek sastra drama berupa naskah drama, dan aspek sastra film berupa skenario. Unsur instrinsik keduanya terdiri dari tema, amanat/pesan, plot/alur, perwatakan/karakterisasi, konflik, dialog, tata artistik (make up, lighting, busana, properti, tata panggung, aktor, sutradara, busana, tata suara, penonton), casting (penentuan peran), dan akting (peragaan gerak para pemain.
            Drama adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa Yunani). Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalam suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama dimana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon.

Unsur pembentuk drama
Drama dibentuk oleh dua unsur yaitu : unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
1.       Unsur-unsur intrinsik teks drama
a. Definisi
Unsur intrinsik teks drama adalah unsur yang terdapat di dalam sebuah drama. Teks drama atau drama naskah disebut juga sastra lakon, sebagai salah satu genre sastra, drama naskah dibangun oleh struktur fisik (kebahasaan) dan struktur batin (semantik, makna). Wujud fisik sebuah naskah adalah dialog atau ragam tutur. Dasar teks drama adalah konflik manusia yang digali dari kehidupan, konflik manusia itu biasanya terbangun oleh pertentangan antara tokoh-tokohnya. Dengan pertikaian itu muncullah drama aksi yang menjadi daya pikat suatu naskah drama ditentukan oleh kuatnya dramatik aksi ini.
Unsur –unsur intrinsik teks drama
Apabila menyebut istilah drama, maka kita berhadapan dengan dua kemungkinan, yaitu drama naskah dan drama pentas. Keduanya bersumber pada drama naskah. Oleh sebab itu pembicaraan tentang drama naskah merupakan dasar dari telaah drama. Berikut akan dibahas tentang naskah/teks drama yaitu pada unsur-unsur intrinsik teks drama yang meliputi plot, penokohan, dialog, tema, dan amanat.
1). Plot atau Kerangka Cerita
Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan. konflik itu berkembang karena kontradiksi para pelaku. Sifat dua tokoh utama itu bertentangan, misalnya: kebaikan kontra kejahatan, tokoh sopan kontra tokoh brutal, tokoh pembela kebenaran kontra bandit, tokoh kesatria kontra penjahat, tokoh bermoral kontra tokoh tidak bermoral, dan sebagainya. Konflik itu semakin lama semakin meningkat untuk kemudian mencapai titik klimaks. Setelah klimaks akan menuju penyelesaian.
Jalinan konflik dalam plot itu biasanya meliputi hal-hal berikut ini.
a.   Protasis atau jalinan awal cerita.
b.   Epitasio
c.    Katarsis
d.    Catastrophe (aristoteles)
 Gustaf freytag memberikan unsur-unsur plot ini lebih lengkap, yang meliputi:
a.   Eksposition atau pelukisan awal cerita
b.   Komplikasi atau pertikaian awal
c.    Klimaks atau titik puncak cerita
d.    Resolusi atau penyelesaian atau falling Action
e.    Catastrophe atau denoument atau keputusan
Plot drama ada tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
a.    Sirkuler, artinya cerita berkisar pada satu peristiwa saja.
b.    Linear, yaitu cerita bergerak secara berurutan dari A-Z
c.    Episodik, yaitu jalinan cerita itu terpisah kemudian bertemu pada akhir cerita.
Alfred N. Frieman (1975) merinci alur berdasarkan tiga kategori, yaitu sebagai berikut.
a.   Alur peruntungan; terdiri atas alur gerak, alur pedih, alur tragis, alur penghukuman, alur sinis, alur sentimental, dan alur kekaguman.
b.  Alur penokohan; terdiri atas alur kedewasaan, alur perbaikan, dan alur pengujian.
c.  Alur pemikiran; terdiri atas alur pendidikan, alur pembuka rahasia, alur perasaan sayang, dan alur kekecewaan.

2). Penokohan dan perwatakan
Penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Susunan tokoh (drama personal) adalah daftar tokoh-tokoh yang berperan dalam drama itu. Dalam susunan tokoh itu, yang terlebih dahulu dijelaskan adalah nama, umur, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaannya itu. Penulis lakon sudah menggambarkan perwatakan tokoh-tokohnya.
Perwatakan tokoh itu akan menjadi nyata terbaca dalam dialog dan catatan samping. Jenis dan warna dialog akan menggambarkan watak tokoh itu. Dalam wayang kulit atau wayang orang, tokoh-tokohnya sudah memiliki watak yang khas, yang didukung pula dengan gerak-gerik, suara, panjang pendeknya dialog, jenis kalimat dan ungkapan yang digunakan.
Klasifikasi tokoh
Tokoh-tokoh dalam drama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa seperti berikut ini:
a.     Berdasarkan peranannya terhadap jalan cerita, terdapat  tokoh-tokoh seperti di bawah ini:
a). Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada dua figur tokoh protagonis utama, yang dibantu oleh tokoh-tokoh lainnya yang ikut terlibat sebagai pendukung cerita.
b). Tokoh antagonis, yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama yang menentang cerita, dan beberapa figur pembantu yang ikut menentang cerita.
c). Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun untuk tokoh antagonis
b.                  Berdasarkan peranannya dalam lakon serta fungsinya, maka terdapat tokoh-tokoh sebagai berikut:
a). Tokoh sentral, yaitu tokoh-tokoh yang paling menentukan gerak lakon. Mereka merupakan proses perputaran lakon tokoh sentral merupakan biang keladi pertikaian. Dalam hal ini tokoh sentral adalah tokoh protagonis dan tokoh antagonis.
b). Tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral. Dapat juga sebagai medium atau perantara tokoh sentral. Dalam hal ini adalah tokoh tritagonis.
c). Tokoh pembantu, yaitu tokoh-tokoh yang memegang peran pelengkap atau tambahan dalam mata rangkai cerita. Kehadiran tokoh pembantu ini menurut kebutuhan cerita saja. Tidak semua lakon menampilkan kehadiran tokoh pembantu.
Perwatakan
   Perwatakan adalah karakter atau watak yang diberikan oleh pengarang kepada tokohPerwatakan para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi (dimensional). Penggambaran itu berdasarkan keadaan fisik, psikis, dan sosial (fisiologis, psikologis, dan sosiologis). Keadaan fisik biasanya dilukiskan paling dulu, baru kemudian sosialnya. Pelukisan watak pemain dapat langsung pada dialog yang mewujudkan watak dan perkembangan lakon, tetapi banyak juga kita jumpai dalam catatan samping (catatan teknis).
a.  Keadaan fisik
  Yang termasuk keadaan fisik tokoh adalah: umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, cacat jasmaniah, ciri khas yang menonjol, suku, bangsa, raut muka, kesukaan, tinggi/pendek, kurus/gemuk, suka senyum/cemberut, dan sebagainya.
b.  Keadaan psikis
      Keadaan psikis tokoh meliputi: watak, kegemaran, mentalitas, standart moral, temperamen, ambisi, kompleks psikologis yang dialami, keadaan yang emosinya, dan sebagainya.
c.   Keadaan sosiologis
Keadaan sosiologis tokoh meliputi jabatan, pekerjaan, kelas sosial, ras, agama, ideologi, dan sebagainya.
3). Dialog (percakapan)
                Ciri khas suatu drama adalah naskah itu berbentuk percakapan atau dialog. Dalam penyusunan dialog ini pengarang harus benar-benar memperhatikan pembicaraan yang ditulis oleh pengarang. Naskah drama adalah pembicaraan yang akan diucapkan dan harus pantas untuk diucapkan diatas panggung. Bayangan pentas diatas panggung merupakan  mimetik (tiruan) dari kehidupan sehari-hari, maka dialog yang ditulis juga mencerminkan pembicaraan sehari-hari.
Contoh dialog:
ANTIGONE  : “Astaga, apakah kini kataku!” “Ayah, apakah itu?”
OIDIPUS       : “Antigone, anakku, kenapa?”
ANTIGONE : “Seorang wanita menuju kemari, menunggang kuda”. “Itulah kuda dari Etnan”. “Wanita itu memakai topi, tepi lebar menudungi wajahnya”. “Itulah topi dari Thessali. Aku bimbang”. “Diakah ia atau bukan?” “Ya kini matanya bersinar gembira”. “Ia hampir tiba!” “ia memberi tanda”. “Sekarang nyatalah dia, Ismene! Ismene kita”.
OIDIPUS       : “apa?” “Apa katamu?”
ANTIGONE : “Itu dia!” “Putrimu dan saudaraku datang kemari.” Sebentar lagi akan terdengar suaranya.”


Masuk ISMENE
IMENE         : “Ayah!” “Antigone!” “Inilah kenyataan impian!    Semula sangat mencarimu.” “Kini setelah ketemu air mata mengaburkan pandangan.”
OIDIPUS      : “Kamukah itu, anakku?”
ISMENE       : “Ayahku!”
OIDIPUS      : “Jadi benar kamu?”
ISMENE       : “Sungguh sulit datang kemari.”
OIDIPUS      : “Peganglah tanganku.”
ISMENE        : “Satu tangan untuk ayahku.” “Satu tangan untuk saudaraku.”
OIDIPUS      : “Oh, kamulah anakku, dan juga saudaraku.”
ISMENE       : “Orang yang dimakan kutukan.”
OIDIPUS      : “Ya, ibumu dan aku.”
ISMENE       : “Aku, pihak ketiga pun sama-sama.”
OIDIPUS      : “Tetapi kenapa kau datang, anakku?”
ISMENE       : “Karena anda, ayahku!”
OIDIPUS      : “Karena rindu?”
ISMENE     : “Ya!” “Dan juga membawa berita bahwa mereka terlibat perkara!”
(Oedipus di kolonus: 25-26)
    Dialog di atas memenuhi dialog yang baik. Dalam dialog tersebut kita membayangkan   bahwa adegan drama dapat dilaksanakan. Disamping memiliki kemungkinan pentas, dialog yang baik juga memiliki nilai literer, artinya memiliki keindahan bahasa. Keindahan bahasa itu tidak boleh mengganggu makna yang terkandung dalam naskah, artinya walaupun indah tetap komunikatif. 
4). Setting/ landasan/tempat kejadian
Setting atau tempat kejadian cerita sering pula disebut latar cerita. Penentuan ini harus secara cermat sebab drama naskah harus juga memberikan kemungkinan untuk dipentaskan. Setting biasanya meliputi: tiga dimensi, yaitu: tempat, suasana, dan waktu.
Setting tempat tidak berdiri sendiri. Berhubungan dengan waktu dan ruang. Misalnya, tempat di Jawa, tahun berapa, di luar rumah atau di dalam rumah. Untuk cerita Diponegoro misalnya, tempatnya jelas di daerah istimewa Yogyakarta, pada tahun antara 1825-1830, tempatnya di desa, baik di dalam rumah maupun di medan gerilya. Dengan rumusan tersebut, kita dapat membayangkan tempat kejadian dengan hidup. Hal ini berhubungan dengan kostum, tata pentas, make up, dan perlengkapan lainnya jika drama ini dipentaskan. 
Setting waktu juga berarti apakah lakon terjadi di waktu siang, pagi, sore, atau malam hari. Siang atau malam di desa dan di kota akan berbeda pula keadaannya. Dimana terjadinya? Di ruang sebuah keluarga modern yang kaya akan lain dari ruang keluarga tradisional yang miskin. Jadi, waktu juga harus disesuaikan dengan ruang dan tempat. Di depan telah disinggung bahwa waktu juga berarti zaman terjadi lakon itu.
5). Tema/ Nada Dasar Cerita
            Tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama. Tema berhubungan dengan premis dari drama tersebut yang berhubungan pula dengan nada dasar dari sebuah drama dan sudut pandangan yang dikemukakan oleh pengarangnya. Sudut pandangan ini sering dihubungkan dengan aliran yang dianut oleh pengarang tersebut.
             Tema merupakan “struktur dalam” dari sebuah karya sastra. Tema juga berhubungan dengan sudut pandang atau point of view; sudut darimana pengarang memandang dunia ini, apakah dari segi bahagia, duka, mengejek, mencemooh, harapan, ataukah kehidupan ini sama sekali tidak bermakna. Sudut pandang sering dihubungkan pula dengan sebagai apakah pengarang sebagai orang pertama atau ketiga, dalam drama, pengarang dapat berperan sebagai orang yang terlibat gagasannya dengan dialog drama, dapat pula hanya sebagai penyaji alternatif-alternatif. Drama-drama Rendra, dimana Rendra turut terlibat dalam lakon tersebut, kendatipun dia menyadur karya orang lain.
6). Amanat/ Pesan Pengarang
            Amanat yang hendak disampaikan pengarang  melalui dramanya harus dicari oleh pembaca atau penonton. Seorang pengarang drama sadar atau tidak sadar pasti menyampaikan amanat dalam karyanya itu. Pembaca cukup teliti akan dapat menangkap apa yang tersirat dibalik yang tersurat. Jika tema karya sastra berhubungan dengan arti (meaning) dari karya sastra itu, maka amanat berhubungan dengan makna (signifikan) dari karya itu. Tema bersifat sangat lugas, objektif, dan khusus, sedangkan amanat bersifat kias, subjektif, dan umum. Setiap pembaca dapat berbeda-beda menafsirkan makna karya itu bagi dirinya, dan semuanya cenderung dibenarkan. Tema bersifat objektif. Ada drama yang bertema ketuhanan, perikemanusiaan, cinta, patriotisme, kritik sosial, renungan hidup, dan sebagainya. Amanat yang hendak disampaikan oleh pengarang perlu diberikan beberapa alternatif. Didalam menafsirkan amanat itu, kita dapat bersifat akomodatif.
  Amanat sebuah drama akan lebih mudah dihayati penikmat, jika drama itu dipentaskan. Amanat itu biasanya memberikan manfaat dalam kehidupan secara praktis. Jika meminjam istilah Horce dulce et utile, maka amanat itu menyorot pada masalah utile atau manfaat yang dapat di petik dari karya drama itu. Dalam keadaan demikian, karya yang jelek sekalipun akan memberi manfaat kepada kita, jika kita mampu memetik manfaatnya.
Cerita-cerita wayang yang diambil dari Mahabarata biasanya memberi amanat bahwa kebaikan pasti mengalahkan kejahatan. Demikian pula Ramayana. Jika ditelusuri lebih jauh, amanat kedua cerita itu berbeda, bahwa manusia itu tidak ada yang sempurna, disisi kebaikannya terdapat sisi kejahatan, dan diantara sisi kejahatan manusia, ada sisi baiknya. Dalam Ramayana, amanat semacam itu tidak kita jumpai.
2.2.1        Unsur ekstrinsik teks drama
Unsur ekstrinsik adalah segala macam unsur yang berada di luar teks drama, tetapi ikut berperan dalam keberadaan teks drama tersebut. Unsur-unsur itu antara lain biografi atau riwayat hidup pengarang, falsafah hidup pengarang, dan unsur sosial budaya masyarakatnya yang dianggap dapat memberikan masukan yang menunjang penciptaan karya drama tersebut.
Jenis drama
Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru  dan drama lama.
1. Drama Baru / Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
2. Drama Lama / Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.

Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :
1. Drama Komedi
Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
2. Drama Tragedi
Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
3. Drama Tragedi Komedi
Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
4. Opera
Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
5. Lelucon / Dagelan
Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
6. Operet / Operette
Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
7. Pantomim
Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
8. Tablau
Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
9. Passie
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.
10. Wayang
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan lain sebagainya.

            Seiring dengan perkembangan dunia sastra akhir-akhir ini mulai terjadi pembatasan yang tipis antara khayalan dan kenyataan. Oleh sebab itu mulai dibicarakan pembagian sastra yang lain. Dalamperkembangan sastra akhir-akhir ini, karya sastra dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu (a) sastra imajinatif, dan (b) sastra non-imajinatif.
Sastra imajinatif mempunyai ciri
a. isinya bersifat khayali
b. menggunakan bahasa yang konotatif
c. memenuhi syarat-syarat estetika seni.
Sedangkan sastra non-imajinatif mempunyai ciri-ciri
a. isinya menekankan unsur faktual/faktanya.
b. Menggunakan bahasa yang cenderung denotatif.
c. Memenuhi unsur-unsur estetika seni.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesamaan antara sastra imajinatif dan non-imajinatif adalah masalah estetika seni. Unsur estetika seni meliputi keutuhan (unity), keselarasan (harmony), keseimbangan (balance), fokus/pusat penekanan suatu unsur (right emphasis). Sedangkan perbedaannya terletak pada isi dan bahasanya. Isi sastra imajinatif sepenuhnya bersifat khayal/fiktif, sedangkan isi sastra non-imajinantif didominasi oleh fakta-fakta. Bahasa sastra imajinatif cenderung konotatif, sedangkan bahasa sastra non-imajinatif cenderung denotatif. Bentuk karya sastra yang termasuk karya sastra imajinatif adalah
a. Puisi : 1. Epik 2. Lirik 3. dramatic
b. Prosa : 1. Fiksi (novel, cerpen, roman) dan 2. Drama (drama prosa, drama puisi)
Bentuk karya sastra yang termasuk sastra non-imajinatif adalah
a. Esai, yaitu karangan pendek tentang suatu fakta yang dikupas menurut pandangan pribadi penulisnya.
b. Kritik, adalah analisis untuk menilai suatu karya seni atau karya sastra.
c. Biografi, adalah cerita tentang hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain.
d. Otobiografi, adalah biografi yang ditulis oleh tokohnya sendiri.
e. Sejarah, adalah cerita tentang zaman lampau suatu masyarakat berdasarkan sumber tertulis maupun tidak tertulis.
f. Memoar, adalah otobiografi tentang sebagian pengalaman hidup saja.
g. Catatan harian, adalah catataan seseorang tentang dirinya atau lingkungannya yang ditulis secara teratur.


1 komentar: